get app
inews
Aa Read Next : Menag Yaqut: UIN Walisongo Semarang Harus Menyiapkan Aktor Perubahan

Sains Ramadhan: Pelajaran Puasa dari Ikan Sidat, Tempuh 2 Ribu Kilometer Demi Buahi Telurnya

Minggu, 17 April 2022 | 13:35 WIB
header img
ikan sidat. (foto: world atlas)

2. Saat berhijrah ikan sidat menghentikan kegiatan makan, mengistirahatkan organ pencernaannya, serta menyusutkan ukuran lambungnya. Sidat juga harus merubah struktur matanya sehingga lebih peka terhadap lingkungan, dan bisa memandang dalam jangkauan yang jauh lebih luas.

Pada konteks ini, kita dapat mengambil ibroh bahwa Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar sampai matahari terbenam. 

Jika kita renungi dan pahami betul-betul esensi dari rukun puasa ini, maka kita akan menemukan hikmah agung dari ibadah puasa. Menahan lapar dan dahaga merupakan cara efektif sebagai langkah awal menuju hakikat takwa. 

Puasa berkualitas dapat ditempuh dengan upaya menjaga anggota badan dari dosa. Puasa berkualitas oleh Imam Al-Ghazali disebut sebagai shawmul khushush. Puasa berkualitas ini merupakan puasa orang-orang saleh terdahulu. Puasa berkualitas dapat ditempuh bukan sekadar menahan diri dari rasa lapar dan dahaga yang mendera. Puasa yang berkualitas dapat dicapai dengan menahan diri dari segala larangan-larangan agama.

Melalui puasa kita bisa mengistirahatkan organ pencernaan. Saluran pencernaan manusia terdiri dari beberapa organ penting yang biasanya bekerja hingga 18 jam dalam sehari. Organ-organ tersebut termasuk mulut, esofagus (kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan berakhir di anus. 

Tidak seperti organ lain yang dapat berhenti bekerja saat sedang tidur, saluran pencernaan khususnya lambung, tidak pernah berhenti bekerja untuk memproses makanan yang kamu makan tiga kali dalam sehari. Saat puasa kita bisa membuat sistem pencernaan beristirahat, energi tubuh menjadi lebih terarah untuk proses perbaikan sel-sel dan sistem jaringan yang rusak.

Melalui puasa pula kita diajarkan untuk peka dan solidaritas secara sosial. Puasa mendidik seorang hamba untuk memiliki empati. 

Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya mendorong seseorang agar mau bersedekah dengan memberi makanan atau minuman kepada sesama Muslim untuk berbuka puasa. Pahala yang diperoleh pun tidak tanggung-tanggung, yaitu mendapat nilai sepadan dengan orang yang melaksanakan puasa. Ini merupakan bukti bahwa dalam ibadah puasa terdapat solidaritas sosial yang tinggi.

Semoga kita semua bisa melalui Ramadhan ini dengan semaksimal mungkin serta mampu menjadikan puasa yang kita jalani sebagai pijakan awal dalam menaiki tangga hakikat takwa sebagaimana Allah SWT berfirman:

يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183).
Wallahu a'lam.

Penulis: Saifullah Hidayat, S.Pd., M.Sc, Dosen Pendidikan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Walisongo Semarang.

Serial artikel Sains Ramadhan merupakan kerjasama iNewsSemarang.id dengan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang.

Editor : Moh.Miftahul Arief

Follow Berita iNews Semarang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut